Ilustrasi Landscape Bird Eye View Sriwijaya di Abad ke-9
Prasasti Kedukan Bukit (16 Juni 682) menyatakan perjalanan Dapunta Hyang Sri Jayanasa (datu = raja Sriwijaya) untuk mencari tempat dan mendirikan sebuah wanua (perkampungan). Pada prasasti tersebut tertulis"dua laksa tentara dan 200 peti perbekalan yang naik perahu, dan 1312 orang yang berjalan kaki".
Foto Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti ini ditemukan oleh C.J. Batenburg pada tanggal 29 November 1920 di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini berbentuk batu kecil berukuran 45 x 80 cm, ditulis dalam aksara Palawa menggunakan bahasa Melayu kuno. Prasasti ini disimpan di Museum Nasional Indonesia berkode D.146 (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti_Kedukan_Bukit, diakses 20 Oktober 2022).
Pembangunan sebuah wanua (perkampungan) oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa dilakukan pada tahun 700 Saka atau 782 Masehi. Wanua tersebut dikemudian hari terus berkembang menjadi sebuah kota yang multi kultur, yaitu Kota Palembang seperti saat ini. Tahun 782 Masehi akhirnya ditetapkan sebagai tahun kelahiran Kota Palembang.
Disadari atau tidak, perkampungan Sriwijaya yang dibangun oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa, dipilih pada jalur lalulintas sungai dan dari pedalaman. Di daerah itu bertemu Sungai Ogan, Komering, Kramasan, dan Musi. Komoditi perdagangan yang dihasilkan dari pedalaman dibawa ke Sriwijaya untuk dijual dengan pedagang lain yang datang. Sriwijaya merupakan pasar yang ramai. Akibatnya dari sebuah kampung berkembang menjadi sebuah kota.
Ilustrasi Wanua-Wanua Sriwijaya
Palembang yang bermula dari sebuah wanua atau semacam kampung, selang 1329 kemudian berubah menjadi sebuah kota metropolis. Pada waktu kelahirannya, wanua Sriwijaya/ Palembang masih sangat sedikit penghuninya. Berbeda dengan kondisi sekarang yang berjumlah 1.668.848 orang (Palembang dalam Angka 2022). Dari sekian juta warga Palembang terdiri dari multikultur dan multietnis. Berbagai etnis dan budaya yang berbeda menyatu di kota yang dibelah Sungai Musi ini. Di samping itu, penduduk yang mempunyai leluhur dan berasal dari luar Palembang bisa hidup dengan penduduk setempat (Sumber: Yunani, 2014).
Terdapat kurang lebih 20 etnis dijumpai di wilayah Palembang, yang bermukim di pusat kota, pinggiran kota, pedalaman maupun Bangka dan Belitung. Dalam laporan kolonial tahun 1825 disebutkan bahwa di ibukota Palembang dengan penduduk sebesar 29.457 jiwa, terdiri atas 119 keluarga Arab, 184 keluarga Cina, 3.589 keluarga pribumi yang menghuni sekitar 50 hingga 50 kampung kota (Sumber: Supriyanto, dalam Nawiyanto, 2016).
Commentaires